07 Jun Talkshow “Mereka Bercerita Tentang Pram”
Apakah anda mengenal Pramoedya Ananta Toer? Apakah anda tahu beliau menerima gelar doktor padahal hanya mengenyam pendidikan akademis hanya sampai setingkat SD? Mungkin bagi sebagian orang mengenal Pram sebagai salah satu tokoh yang masuk black list pada zaman orde baru karena dianggap antek-antek komunis karena bergabung dengan organisasi Lekra, walaupun hal tersebut belum terbukti benar adanya sampai akhirnya Pram meninggal dunia.
Padahal apabila kita mencari tahu lebih jauh mengenai seluk beluk kehidupan Pramoedya Ananta Toer yang bisa dibilang luar biasa. Salah satu hal yang membuat luar biasa adalah dia masih dapat berkarya walaupun kondisi fisik dan mentalnya sedang dalam penyiksaan dan penindasan dalam kasus yang memang hanya sebuah fitnah belaka, pasti kebanyakan orang pasti akan merengek kepada sang pencipta apabila terjadi kepadanya. Pram juga memiliki penyakit aneh yang berkaitan dengan ingatannya.
Selain itu karya-karya tulisannya pun sukses dipandang didunia internasional, bahkan karya-karya tulisannya yang berupa roman dijadikan literatur/buku wajib di setiap universitas diberbagai Negara, terkecuali di Indonesia. Sungguh ironi memang, padahal begitu besarnya kepedulian Pram terhadap kemajuan Negara ini namun beberapa pihak berpikir 180 derajat terhadap beliau.
Itenas Clubreads beruntung dapat menyelenggarakan acara talkshow “Mereka Bercerita Tentang Pram” yang diisi oleh narasumber yang memiliki sudut pandang berbeda dalam menilai Pramoedya Ananta Toer, diantaranya adalah dosen senior ITB Prof. Jacob Soemarjo yang berbagi dari segi tulisan Pram, Drs. Sumirat Sayuti yang berbagi dari segi keistimewaan wanita dimata Pram, dan Oki Tirto (Cucu dari tokoh pelopor pers Indonesia, Tirto Adhi Soerjo) yang berbagi mengenai history kehidupan Pram.
Dimata para narasumber Pramoedya Ananta Toer adalah sosok kontroversial yang menakjubkan, coba bayangkang apabila anda berkarya didalam penjara di pulau yang termasuk pulau untuk pengasingan yang penjagaannya sangat ketat dan dikelilingi laut arafuru, Pulau Buru. Disana karya-karyanya yang termasuk dalam Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca) dinikmati oleh para tahanan, bahkan karya-karya Pram tersebut menginspirasi para tahanan untuk bisa menjadi salah satu tokoh didalam karyanya, Mingke.
Memang cukup mengharukan, para tahanan tersebut merasa tersemangati untuk melarikan diri dari penjara walaupun akhirnya mereka berakhir meregang nyawa. Sang tokoh Mingke didalam karya Pram memang menjadi tokoh yang menyuarakan pergerakan kaum pribumi melauli tulisan-tulisanya dibawah kekuasaan bangsa Belanda di nusantara.
Sosok dan karya Pramoedya Ananta Toer memang sangat dikagumi dan dijadikan panutan pula oleh para mahasiswa, jurusan sastra pada khususnya di Indonesia. Memang mengenal Pram dan juga karyanya adalah hal wajib bagi mereka, apalagi disaat akan melakukan sebuah kegiatan yang membutuhkan adrenalin yang besar maka resepnya adalah membaca karya-karyanya.
Beberapa quotes Pramoedya Ananta Toer yang bisa jadi inspirasi:
- “Menulis adalah keberanian”, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Pramoedya Ananta Toer.
- “Seorang terpelajar haruslah adil, sejak dari pikiran juga tindakan” Pramoedya Ananta Toer.
- “Hidup tanpa harapan adalah hidup yang kosong” Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.
- “Hidup sungguh sangat sederhana, yang hebat hanya tafsirannya (Rumah Kaca, h. 46)” Pramoedya Ananta Toer.
- “Berterimakasihlah pada segala yang member kehidupan” Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia.
- “Kesenangan adalah tanda bahwa kematian mulai meraba jiwa manusia” Pramoedya Ananta Toer.
(Sandra, Itenas ClubReads)
No Comments