Puisi Sedih Tag
Home > Posts tagged "Puisi Sedih"
Posted at 03:50h
in
Puisi
by admin
Tegap deru langkah kakimu
Tegas lugas lantang suaramu
Ajarkan bahagia di dalam bahaya
Ingatkan duka di dalam tawa
Didikanmu sambarkan api keberanian
Nasehatmu tumbuhkan benih kemandirian
Tanggung jawab dunia akhirat,
tertambat di atas tulang punggungmu.
Basuh lulur peluh keringat,
terbalur di sekujur alur tubuhmu.
Ayah,
Pelukmu memang tak selembut bunda
Kecupmu memang tak sehangat bunda.
Namun,
Kasihmu setia terselip...
Posted at 07:39h
in
Puisi
by admin
Janji, Penjaja Kata.
Penindasan tengah terjadi
Demi memenuhi seucap janji
Sabarlah, tanpa mencoba menghakimi
Esok hari, manusia 'kan dikebiri
Suatu saat...
Posted at 17:16h
in
Puisi,
Sajak
by admin
Bak pisau menyayat kulit
Lucuti epidermis hingga tipis
Bak cakar menembus daging
Lumati tulang hingga belulang
Hentakan kaki dan tangan
Jumawa di atas derita
Hentakan suara dan pandangan
Jumawa di bawah kuasa
Hatimu penuh siloka dendam
Hatimu penuh dengan rasa sakit
Rasa benci, bengis, dan beringas
Rasa bebal, kesal, dan sesal
Lidahmu biang dan sarang senjata
Satu kata ibarat...
Posted at 15:54h
in
Puisi
by admin
Tatkala Kutatap Matamu, Penjaja Kata.
Tatkala kutatap matamu
Paru-paruku bernafas syahdu
Tatkala kutatap matamu
Jantungku berdetak sendu
Tatkala kutatap matamu
Nadiku berdenyut pilu
Tatkala kutatap matamu
Hatiku berdesir merdu
Tatkala kutatap matamu
Cinta mengalir dalam darahku
Namun,
Tatakala kutatap hatimu
Kulihat berlian yang tak dapat kusentuh
Terima kasih atas per"hati"annya.
Bandung tjoret, 11-08-2014....
Posted at 16:47h
in
Puisi
by admin
Picingkan saja matamu jikalau menatapku
Aku 'kan anggap kau blasteran indo-cina
Kerutkan saja dahimu jikalau melirikku
Aku 'kan anggap kau mulai tua bangka
Ciutkan saja hidungmu jikalau membauiku
Aku 'kan anggap inderamu kurang sempurna
Muntahkan saja, lewat rongga mulutmu
Muntahkanlah usus, paru, limpa, beserta organ vitalmu
Ucapkan saja, lewat rongga mulutmu
Ucapkanlah caci, maki,...
Posted at 07:43h
in
Puisi
by admin
Pabila, Penjaja Kata.
Pabila bintang dan bulan telah hilang dari anatomi malam
Pabila hangat telah hilang dari pijar matahari
Pabila hujan adalah derai air mata
Pabila pelangi hanya tinggal warna
Pabila senja tak sempat kukecup
Pabila fajar tak sempat kukecap
Pabila nafas telah hilang dari selaput paru
Ingatlah,
cinta 'kan selalu hadir bagai buih...
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.