Puisi Perpisahan - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
-1
archive,tag,tag-puisi-perpisahan,tag-678,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Puisi Perpisahan Tag

Bak pisau menyayat kulit Lucuti epidermis hingga tipis Bak cakar menembus daging Lumati tulang hingga belulang Hentakan kaki dan tangan Jumawa di atas derita Hentakan suara dan pandangan Jumawa di bawah kuasa Hatimu penuh siloka dendam Hatimu penuh dengan rasa sakit Rasa benci, bengis, dan beringas Rasa bebal, kesal, dan sesal Lidahmu biang dan sarang senjata Satu kata  ibarat...

Tatkala Kutatap Matamu, Penjaja Kata. Tatkala kutatap matamu Paru-paruku bernafas syahdu Tatkala kutatap matamu Jantungku berdetak sendu Tatkala kutatap matamu Nadiku berdenyut pilu Tatkala kutatap matamu Hatiku berdesir merdu Tatkala kutatap matamu Cinta mengalir dalam darahku Namun, Tatakala kutatap hatimu Kulihat berlian yang tak dapat kusentuh Terima kasih atas per"hati"annya. Bandung tjoret, 11-08-2014....

Picingkan saja matamu jikalau menatapku Aku 'kan anggap kau blasteran indo-cina Kerutkan saja dahimu jikalau melirikku Aku 'kan anggap kau mulai tua bangka Ciutkan saja hidungmu jikalau membauiku Aku 'kan anggap inderamu kurang sempurna Muntahkan saja, lewat rongga mulutmu Muntahkanlah usus, paru, limpa, beserta organ vitalmu Ucapkan saja, lewat rongga mulutmu Ucapkanlah caci, maki,...

Pabila, Penjaja Kata. Pabila bintang dan bulan telah hilang dari anatomi malam Pabila hangat telah hilang dari pijar matahari Pabila hujan adalah derai air mata Pabila pelangi hanya tinggal warna Pabila senja tak sempat kukecup Pabila fajar tak sempat kukecap Pabila nafas telah hilang dari selaput paru Ingatlah, cinta  'kan selalu hadir bagai buih...

Antara waktu tersisihnya fajar Lalu timbul bercak-bercak mentari Janji bukan sekedar kabar siar Nantikanlah, aku datang esok hari Hadirku 'kan ditemani langkah seribu Hadirku 'kan ditemani citra kalbu Lihatlah dengan sepasang mata Sang postulat penyambung  jiwa Esok, kuhadirkan idiosinkrasi yang tak kan mudah engkau mengerti Esok, kububuhkan melankoli yang tak kan engkau pahami, jika kau nilai...

Tunggu aku disana, antara tapal kota dan muka desa Tunggu aku kesana, antara waktu terbenamnya senja Jangan sampai lupa, apalagi kau coba melupakan Jangan sampai khilaf, apalagi sampai mengkhilafkan Di batas kota, aku 'kan datang bersama riuh urbanisasi yang tergoda janji manis pusarannya yang digoda senyum manis bandar bahaya Di batas desa, aku lepaskan harap cemas ayah dan...

We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.