Puisi Perpisahan Tag
Home > Posts tagged "Puisi Perpisahan"
Posted at 17:16h
in
Puisi,
Sajak
by admin
Bak pisau menyayat kulit
Lucuti epidermis hingga tipis
Bak cakar menembus daging
Lumati tulang hingga belulang
Hentakan kaki dan tangan
Jumawa di atas derita
Hentakan suara dan pandangan
Jumawa di bawah kuasa
Hatimu penuh siloka dendam
Hatimu penuh dengan rasa sakit
Rasa benci, bengis, dan beringas
Rasa bebal, kesal, dan sesal
Lidahmu biang dan sarang senjata
Satu kata ibarat...
Posted at 15:54h
in
Puisi
by admin
Tatkala Kutatap Matamu, Penjaja Kata.
Tatkala kutatap matamu
Paru-paruku bernafas syahdu
Tatkala kutatap matamu
Jantungku berdetak sendu
Tatkala kutatap matamu
Nadiku berdenyut pilu
Tatkala kutatap matamu
Hatiku berdesir merdu
Tatkala kutatap matamu
Cinta mengalir dalam darahku
Namun,
Tatakala kutatap hatimu
Kulihat berlian yang tak dapat kusentuh
Terima kasih atas per"hati"annya.
Bandung tjoret, 11-08-2014....
Posted at 16:47h
in
Puisi
by admin
Picingkan saja matamu jikalau menatapku
Aku 'kan anggap kau blasteran indo-cina
Kerutkan saja dahimu jikalau melirikku
Aku 'kan anggap kau mulai tua bangka
Ciutkan saja hidungmu jikalau membauiku
Aku 'kan anggap inderamu kurang sempurna
Muntahkan saja, lewat rongga mulutmu
Muntahkanlah usus, paru, limpa, beserta organ vitalmu
Ucapkan saja, lewat rongga mulutmu
Ucapkanlah caci, maki,...
Posted at 07:43h
in
Puisi
by admin
Pabila, Penjaja Kata.
Pabila bintang dan bulan telah hilang dari anatomi malam
Pabila hangat telah hilang dari pijar matahari
Pabila hujan adalah derai air mata
Pabila pelangi hanya tinggal warna
Pabila senja tak sempat kukecup
Pabila fajar tak sempat kukecap
Pabila nafas telah hilang dari selaput paru
Ingatlah,
cinta 'kan selalu hadir bagai buih...
Posted at 14:18h
in
Puisi
by admin
Antara waktu tersisihnya fajar
Lalu timbul bercak-bercak mentari
Janji bukan sekedar kabar siar
Nantikanlah, aku datang esok hari
Hadirku 'kan ditemani langkah seribu
Hadirku 'kan ditemani citra kalbu
Lihatlah dengan sepasang mata
Sang postulat penyambung jiwa
Esok, kuhadirkan idiosinkrasi
yang tak kan mudah engkau mengerti
Esok, kububuhkan melankoli
yang tak kan engkau pahami, jika kau nilai...
Posted at 13:48h
in
Puisi
by admin
Tunggu aku disana,
antara tapal kota dan muka desa
Tunggu aku kesana,
antara waktu terbenamnya senja
Jangan sampai lupa,
apalagi kau coba melupakan
Jangan sampai khilaf,
apalagi sampai mengkhilafkan
Di batas kota,
aku 'kan datang bersama riuh urbanisasi
yang tergoda janji manis pusarannya
yang digoda senyum manis bandar bahaya
Di batas desa,
aku lepaskan harap cemas ayah dan...
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.