Cerita Fiksi Tag
Home > Posts tagged "Cerita Fiksi" (Page 2)
Sosok yang nampak indah, dalam lingkaran penghias kehidupan, sang pelita pelipur marabahaya.
Kakanda : Inderaku terpikat olehmu, duhai penggoda.
Tangannya mengelus halus, matanya memandang tenang, hidungnya bernafas lepas. Kakanda, terbuai keindahan sosok tersebut. Sosok manis penuh pesona, siapakah gerangan? Sudut pandangku pun tak tahu pasti.
Kakanda : Engkau tampak rupawan,...
Di tengah-tengah lapangan, yang ditumbuhi oleh rerumputan elok nan gemulai tatkala tersibak oleh desiran angin. Kakanda, berbaring dengan tenang sembari menikmati rumput-rumput yang terasa mengelitiki sekujur tubuhnya.
Kakanda : Dasar, rumput-rumput nakal.
Gumam Kakanda pada rumput, sambil mengelusnya halus, kenyamanan semakin menggelayut manja. Senja cerah berawan putih...
Mabuk dalam buai asmara, tenggelam dalam samudera rasa. Adinda begitu merasa senang bukan kepalang, seakan ada suatu hal yang merasuki jasadnya. Senyum bukan sembarang senyum, tawa bukan sembarang tawa, laksana manusia yang telah diberikan kenikmatan penampakan surga.
Namun bukan Adinda pabila dengan seenak hati menikmati sajian...
Pelangi, nampak indah bersama semburat jingga yang bersenandung diatas langit. Namun angin berhembus, membuat daya tahan tubuh merasakan kegetiran melawan hawa dingin yang menumpang dalam kandungan angin.
Adinda menggigil, gigi dan tubuhnya menggetar.
Kakanda : Masuklah kedalam rumah, Adinda.
Adinda : Tidak apa-apa, Kakanda.
Kakanda : Rasamu memang tidak...
Sekumpulan ikan-ikan kecil menari diantara bebatuan yang berderet tak rapih didalam lumbung air selokan, begitu asyik berenang ditemani sampah-sampah domestik.
Dalam belantika peradaban yang tak beradab dan kemajuan yang tak melaju, mereka mesti beradaptasi dengan kondisi yang semakin buruk, mereka dipaksa sengsara!
Adinda : Maafkan kami, ikan-ikan kecil....
Dalam keheningan malam, tanpa lelah Kakanda masih saja melatih kemampuannya dalam menafsirkan kata, melalui jemari yang melenggang diatas kertas putih yang masih terlihat dara.
Adinda : Apa yang kini engkau tulis, Kakanda?
Kedua tangan Adinda melingkari tubuh Kakanda, yang sedang terduduk diatas kursi tak berpenyangga, kepalanya bersandar...
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.