29 Oct Tadabur Alam di Kampung Adat Cirendeu
Indonesia sangat kaya akan aneka macam wana wisata, mulai dari wisata yang masih tergolong tradisional maupun modern yang dewasa ini banyak menjamur di berbagai daerah. Namun wisata tradisional tetaplah menjadi trademark, sekaligus menjadi ciri khas dari keunikan wana wisata di Indonesia.
Wisata tradisional Indonesia juga dapat menjadi nilai jual yang sangat menguntungkan dalam sektor pariwisata di pasar internasional. Akan tetapi patut diingat bahwa budaya Indonesia jangan dijadikan proyek “sapi perah” demi mencari keuntungan semata, unsur-unsur budaya yang bersifat sakral jangan sekali-kali dikebiri karena akan menghillangkan esensi dari budaya asli Indonesia.
Salah satu contohnya adalah wisata ke tempat-tempat yang masih memegang teguh budaya dan adat istiadat. Kampung suku adat di Baduy adalah salah satu contoh wisata kampung adat yang telah cukup populer. Bahkan selain dari segi adat istiadat, budaya, dan lifestyle. Suku adat Baduy turut memproduksi beberapa buah cindremata sebagai bentuk oleh-oleh khas dari Baduy.
Namun sudah tahukah Anda kampung adat Cirendeu? Salah satu kampung adat yang terletak di daerah Leuwi Gajah, Cimahi, Jawa barat. Memang dalam beberapa aspek sudah ada yang berkamuflasi dengan modernisasi. Akan tetapi masih terdapat beberapa unsur yang masih dijaga kekhasannya, seperti misalnya agama sunda wiwitan yang masih menjadi pegangan rohani masyarakat kampung adat Cirendeu.
Sunda wiwitan adalah salah satu kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang masyarakat sunda, hingga saat ini kepercayaan akan bumi sebagai tuhan tersebut masih dilestarikan dalam keimanan masyarakat setempat. Hal ini menjadi salah satu keunikan yang disajikan di kampung adat Cirendeu, sangat cocok bagi yang mencari sarana rekreasi tadabur alam dengan makna yang lebih dalam.
Selain itu terdapat pula beberapa lokasi unggulan di kampung adat Cirendeu seperti Bale Sarasehan tempat penyelenggaraan upacara adat satu suro, serta pertunjukan seni angklung buncis dan gamelan sunda. Bahkan disini terdapat pula area untuk hiking atau untuk sekedar menikmati pemandangan alam sekitarkampung Cirendeu seperti gunung gajah langu dan puncak salam.
Ada salah satu keunikan lain di kampung adat Cirendeu, makanan pokok masyarakat disana bukanlah nasi seperti mayoritas masyarakat Indonesia melainkan singkong. Secara ekonomis masyarakat kampung adat Cirendeu dapat dikategorikan mampu untuk membeli beras, akan tetapi penasbihan singkong menjadi makanan pokok dikarenakan nilai historis dari umbi batang tersebut.
Bukan hanya menjadi makanan pokok saja, olahan-olahan makanan berbahan dasar singkong menjadi beberapa jenis buah tangan yang dapat dibeli oleh para tamu. Beberapa olahan makanan dari masyarakat kampung adat Cirendeu diantaranya adalah Rasi (nasi singkong), Dendeng Kulit Singkong, Eggrol, Kecipir, dan Opak Bumbu.
Daun singkong pun menjadi simbol yang menganalogikan kampung adat Cirendeu, bahkan salah satu sentra batik di wilayah kota Cimahi menjadikannya sebagai motif batik. Tidak hanya kampung adat Cirendeu, masih banyak kampung adat dan wisata tradisional lain yang ada di Indonesia.
Mari bersama melestarikan wisata-wisata budaya tradisional asli Indonesia, tetapi jangan dijadikan “sapi perah” hanya demi kenikmatan para wisatawan pemilik modal dan keuntungan semata. Selamatkan budaya, selamatkan Indonesia! Salam budaya. 😀
Sandra Nurdiansyah – Ekspeditor Sobat Budaya Bandung.
bukanrastaman
Posted at 07:23h, 31 Octoberdari dulu pengen ke baduy belum keturutaaaaan 🙁
Sandra Nurdiansyah
Posted at 10:52h, 02 NovemberWah harus diagendakan bang, seminggu aja disana pas pulang rasanya pasti udah bertahun-tahun. Saya juga rencananya baru mau berangkat tanggal 12 bulan ini ke baduy. 😀