16 Dec Rasakan Esensi Pacaran di Cafe Resto D’Jengkol
Di zaman kebebasan berkespresi dan berkreasi seperti saat ini, siapa yang tidak tahu pacaran? Bahkan para jomblo akut dan jomblo bawaan lahir akan mengerti arti dari pacaran. Apalagi televisi sebagai media elektronik konvensional semakin mudah mengumbar tayangan yang mempublikasikan pacaran, baik secara implisit maupun eksplisit. Tetapi rasanya kurang nikmat apabila hanya mengerti arti pacaran hanya dari tayangan semata, sudah tentu pacaran harus dicoba agar dapat memahami lebih lanjut, karena pacaran bukan hanya sekedar dinilai dari segi arti bahkan dari segi esensi juga.
Jangan terlalu mainstream dalam memaknai “esensi pacaran“, merasakan esensi berpacaran tidaklah harus selalu menjalin hubungan dengan lawan jenis. Ada cara lain untuk memaknai esensi pacaran, yakni dengan cara memakan jengkol. Esensi pacaran dengan makan jengkol merupakan dua hal yang hampir kembar identik. Singkat kata apabila pacaran akan berakhir pilu, sedangkan makan jengkol akan berakhir bau, hanya berbeda beberapa kata saja.
Maka dari itu, jika Anda ingin mencoba memahami esensi dari pacaran, saya anjurkan untuk mengunjungi Cafe Resto D’Jengkol yang bertempat di Jalan Banteng nomor 50, Bandung. Cafe Resto D’Jengkol adalah satu-satunya cafe yang mengangkat jengkol sebagai brand utama di Indonesia, selain ditinjau dari segi dekorasi ruangan yang lebih mirip home cafe membuat suasana layaknya sedang di rumah. Bahkan disediakan beberapa konsep ruangan untuk pengunjung, ada ruangan standar, ruangan PIV, serta ruangan lesehan.
Cafe Resto D’Jengkol memiliki misi menjadi tujuan utama wisata kuliner di Bandung, khususnya bagi para penggemar jengkol alias jengkolers. Begitulah kiranya penuturan dari Muhammad Gunarsah atau lebih akrab dengan sapaan Kang Gun, selaku owner Cafe Resto D’Jengkol, dalam lawatan saya bersama rekan-rekan Blogger Bandung pada hari minggu 14 Desember 2014.
Kang Gun turut menjelaskan bahwa jengkol khas Indonesia banget, hal inilah yang melatarbelakangi jengkol dijadikan sebagai “senjata andalan”nya. Selain itu pengalaman sang bunda di bidang kuliner menjadi alasan lainnya, beliau bercerita bahwa olahan jengkol bundanya selalu laris manis. Alasan-alasan tersebut pun menjadi cambuk semangat yang semakin memantapkan gairah Kang Gun untuk berbisnis kuliner, khusunya jengkol.
Di Cafe Resto D’Jengkol tersedia berbagai macam varian jengkol mulai dari masakan, sambal, dan krupuk dari olahan jengkol. Untuk sambal jengkol produk dari D’Jengkol, sambal ini memiliki dua level kepedasan yaitu mengharukan dan masbuloh. Produk sambal ini merupakan produk bestseller, sangat cocok untuk dijadikan buah tangan setelah berkunjung ke Cafe Resto D’Jengkol.
Cafe Resto D’Jengkol baru seumur jagung meramaikan belantika kuliner di Bandung, umurnya kurang lebih menginjak dua minggu terhitung dari waktu postingan ini dipublikasikan. Pokonya Cafe Resto D’Jengkol direkomendasikan bagi Anda yang memiliki rencana wisata kuliner di Bandung untuk mengisi liburan akhir tahun 2014. Tidak suka jengkol? Jangan khawatir, disediakan juga beberapa olahan makanan tanpa jengkol bagi yang belum menyukai jengkol.
Bagaimana, sudah tertarik untuk merasakan esensi pacaran di Cafe Resto D’Jengkol? Atau masih belum jelas keterkaitan antara pacaran dan makan jengkol? Baiklah akan saya paparkan lebih jelas lagi mengenai keterkaitan antara pacaran dengan makan jengkol. 😉
Apabila orang ingin pacaran, biasanya akan merasakan kejadian seperti ini:
“Awalnya ragu-ragu karena takut sakit hati, tetapi ketika menyatakan cinta kepada lawan jenis dan (kalau) diterima rasanya nikmat. Akhirnya ketika putus, sakit hatinya sulit untuk cepat hilang.”
Begitu pun orang yang akan mengonsumsi jengkol, biasanya akan mengalami hal seperti ini:
“Awalnya ragu-ragu karena bau, tetapi ketika dicoba rasanya nikmat. Akhirnya ketika sudah selesai, baunya sulit untuk cepat hilang .”
Maka dari itu, daripada sakit hati karena pacaran, lebih baik menikmati esensinya saja dengan menikmati berbagai macam olahan jengkol di Cafe Resto D’Jengkol. Tapi tenang, disediakan permen untuk mengatasi bau mulut sehabis mengonsumsi jengkol. Untuk bau yang lainnya, anggap saja itu oleh-oleh untuk para penjaga toilet. 🙂
Sandra Nurdiansyah – Blogger Bandung.
Dini
Posted at 12:48h, 16 DecemberKirain cuma ada jengkol aja, ternyata ada juga yang non-jengkol. Menarik, ya. 😀
Penjaja Kata
Posted at 13:29h, 16 DecemberAda ko, tenang aja. 😀
Dini
Posted at 13:31h, 16 DecemberHaha, boleh dicoba tuh.
Penjaja Kata
Posted at 13:32h, 16 DecemberYuk maen dong ke Bandung. 🙂
Dini
Posted at 13:33h, 16 DecemberDoakan di masa depan bisa main ke sana. 🙂
Clara Ingewati
Posted at 04:01h, 17 Decembergak mutu banget pacaran di tempat kek gini
Penjaja Kata
Posted at 00:19h, 18 DecemberYee, bukan pacaran tapi merasakan “esensi”nya aja. -__-
Clara Ingewati
Posted at 00:34h, 18 Decemberya itulah esensinya… gak mutu 😛
Penjaja Kata
Posted at 00:54h, 18 DecemberHuuh, sensi banget. Kelihatan belum pernah makan jengkol nih. :p
Clara Ingewati
Posted at 01:07h, 18 Decemberhahaha yg sensi mah situ kalee…
ane cuman ngomentarin tempatnya lur 😀
Penjaja Kata
Posted at 01:18h, 19 DecemberHahaha, itu bukan sensi tapi dampak dari kebanyakan makan jengkol lagi bereaksi. wkwkwk
Mas Hengky Ganteng (@mashengky)
Posted at 11:11h, 17 Decemberlangsung banyak yang komentar yah… mampir dong ke blog saya wkwkwkkw
Penjaja Kata
Posted at 00:20h, 18 DecemberHaha, oke siap meluncur ke TKP mas Hengky. 😉
ocitamala
Posted at 04:03h, 18 DecemberCafe khusus jengkol? 🙂 Mudah-mudahan habis ini ada cafe khusus Pete
Penjaja Kata
Posted at 01:20h, 19 DecemberHahaha. Suka makan pete ya, mas? 😀
ocitamala
Posted at 01:31h, 19 DecemberIya Mas
Ryzk
Posted at 15:09h, 20 DecemberYa ampun, saya baru baca dan ternyata isinya caprux sekali hehe
Penjaja Kata
Posted at 01:05h, 22 DecemberHahaha, serius itu melelahkan brader. :v
HilmanGraha
Posted at 00:32h, 24 Decemberwew, saya juga pernah makan disini, dan saya kekenyangan makan disini, enak banget lah makanannya
Saya juga nulis pengalaman saya, coba kunjungi
http://wp.me/p12ey0-5v