Posted at 15:35h
in
Puisi
by admin
Aku, tak akan pernah
Menikmati rotasi hari
Menyaksikan mentari pergi
Bagai dawai, menanti senja
Aku, tak akan pernah
Menemani lelap tidurmu
Menanti mekar matamu
Bagai dawai, menunggu pagi
Aku, hanya sanggup
Mengatup redup mataku
Meninju bisu kantukku
Bagai dawai, menanti shubuh
Ini...
Posted at 14:18h
in
Puisi
by admin
Senyummu mengandung virus
Terbawa oleh angin, menusuk dalam batin
Stop! Jangan nakal, jangan binal, jangan bebal
Aku tak butuh senyuman, aku butuh ucapan
Bukan di bibir, di mulut, apalagi di gigi
Akan tetapi ucapan tulus buatan...
Layangan itu pun terbang terbawa oleh arus angin, hinggaplah diatas genting kediaman sederhana Kakanda dan Adinda. Terdengar teriakan para anak yang menderu-deru dan langkah kaki yang menggebu-gebu.
Adinda : Hati-hati, anak-anak....
Posted at 13:32h
in
Puisi
by admin
Campuran antara ruh beserta rasa
Padu mencipta irama nafas hidup
Dendangkan bait jati diri manusia
Kadang benderang, sering meredup
Begitulah, sang pecinta filosofi dunia
Hidup segan mati pun segan, kiranya
Dunia, sang pemberi olah nikmat raga
Namun...
Saat ini dia mulai terlihat bugar kembali, dia mulai bisa bersuara, menyuarakan suara khasnya.
Kakanda : Dia sudah sembuh, Adinda.
Adinda hanya termenung, dibuai oleh indahnya suara tersebut. Akhirnya, Kakanda pun menyadarkannya...
Angin beserta udara yang dikandungnya menghempaskan sekujur raganya ke bumi, sejenak ingatannya hilang ditelan gravitasi. Hei, dimanakah kalian kehidupan? Tidakkah menolong jiwa yang sedang dilanda kesulitan ini?
Adinda : Mari kita...
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.