Menolak Nasi Demi Menghargai Tradisi - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
16941
post-template-default,single,single-post,postid-16941,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Menolak Nasi Demi Menghargai Tradisi

Menolak Nasi Demi Menghargai Tradisi

Nasi menjadi makanan pokok hampir bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, namun apakah Anda tahu jika di salah satu bagian kecil negara kita terdapat sekelompok masyarakat yang menolak mengonsumsi nasi, demi menghargai apa yang pernah nenek moyang mereka rasakan? Ya, itulah yang dilakukan oleh masyarakat adat di Kampung Cirendeu.

Mereka memutuskan tidak mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, lalu menggantinya dengan singkong. Sejarah di masa penjajahan tatkala sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami penindasan, salah satunya dengan perampasan beras-beras oleh penjajah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal munculnya anjuran dari leluhur mereka untuk menghargai perjuangan tersebut, bahkan sampai detik ini pun anjuran tersebut masih mereka lakukan.

sesembahan dari gerbang utama ke bale sarasehan di acara Julang Ngapak Kampung Adat cirendeu
Salah satu dokumentasi kegiatan di Kampung Adat Cirendeu

Kampung Adat Cirendeu, menjadi salah satu kampung adat yang aktif menjaga budaya dan adat istiadat di Indonesia. Kampung adat ini berada di kawasan Cimahi, Jawa Barat. Bukan hanya sekadar menolak makan nasi saja, ada banyak hal lain yang menjadi ciri perwujudan hidup dari masyarakat adat di Cirendeu.

Agama, sosial, budaya, beragam hal banyak yang bisa kita ambil pembelajarannya dalam menjalankan hidup. Saya kebetulan pernah mendapatkan kesempatan melakukan liputan di acara-acara besar kampung adat Cirendeu pada tahun 2014 silam, beruntungnya saya sempat mendokumentasikan beberapa perayaannya di blog ini. Barangkali Anda ingin mengetahui seperti apa gambarannya, silakan  bisa mengunjungi link post nya di bawah ya:

9 tahun berlalu, 9 tahun sudah pun saya hanya menanggap apa yang dilakukan kampung adat Cirendeu hanyalan perayaan-perayaan tersebut hanya sekadar acara simbolis semata. Acara yang mungkin spesial hanya bagi kalangan mereka, selayaknya perayaan-perayaan lain yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Namun setelah mengetahui secara ril bagaimana perjuangan masyarakat adat di Indonesia dalam mempertahankan alam, membuat saya semakin tersadar bahwa perayaan tersebut merupakan sebuah wujud syukur yang luar biasa dari masyarakat adat terhadap apa yang diberikan pencipta.

Indigenous peoples atau masyarakat adat, menjadi topik yang dewasa ini kembali menelisik ke relung pikir saya. Apalagi dengan adanya kesempatan bergabung dengan Eco Blogger Squad 2023. Salah satunya saya dapatkan melalui acara online gathering Eco Blogger Squad 2023 di tanggal 6 April 2023, saya dan beberapa blogger yang tergabung mendapatkan pandangan besar mengenai peran masyarakat adat dan komunitas lokal dalam menjaga bumi. Bersama dengan narasumber Rukka Sombolinggi, Sekertaris Jenderal dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang memaparkan banyak hal tentang perjuangan-perjuangan hebat masyarakat adat yang ada di Indonesia.

Bukan lagi urusan seputar konten FYP atau selfie, tetapi sudah pada hidup dan mati. Ada banyak sekali kasus-kasus yang dialami oleh masyarakat adat, terutama dalam urusan “penjajahan lahan” untuk kepentingan-kepentingan bisnis. Tak puas rasanya tentu bila saya tuliskan satu per satu kasusnya di sini, lebih elok bila Anda membacanya langsung melalui website https://aman.or.id/.

Melihat bagaimana masyarakat adat di Cirendeu bahkan sampai teguh untuk tak mengonsumsi nasi demi menghargai leluhur, serta melihat bentuk perwujudan lain yang dilakukan masyarakat-masyarakat adat di daerah lain dalam mempertahankan nilai-nilai keadatannya, membuat saya terenyuh sekaligus tersadar bahwa masyarakat adat adalah perwujudan dari sikap seorang manusia sejati dan hati nurani yang sangat suci.

Bagi saya atau mungkin Anda dan sebagian besar masyarakat urban yang tak begitu kental dengan adat istiadat, tentu tidak akan bisa melakukan pengabdian besar selayaknya yang dilakukan oleh masyarakat adat. Akan tetapi, apa yang masyarakat adat ini lakukan justru akan membawa dampak baik juga bagi kehidupan kita di masa depan. Menjaga alam tetap lestari, memastikan anak cucu kita dapat bestari. Untuk itulah kita tak bisa tinggal diam, sebuah gerakan yang tak harus besar tetapi berdampak, dapat kita lakukan dari sekarang salah satunya memberikan dukungan agar Undang-undang Masyarakat Adat yang telah lama berjuang sempoyongan dapat disetujui dan memberikan tenaga lebih bagi masyarakat adat untuk mempertahankan adatnya dan alam yang kita tempati juga.

Peran penting Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (MAKL) yang berada di garis depan pengurangan emisi sangatlah besar. Mereka adalah penyumbang terbesar bagi pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati budaya. Telah didokumentasikan dengan jelas bahwa 80% keanekaragaman hayati dunia dilindungi dan dikelola oleh MAKL Namun, dukungan langsung untuk mereka sangat minim.

Mari jadi bagian masyarakat yang sadar akan kehadiran mereka, setidaknya dengan memberikan dukungan di media-media yang kamu miliki saat ini, demi kehidupan yang lebih baik di tanah air kita Indonesia.

Penjaja Kata

No Comments

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.