Prosa - Page 6 of 9 - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
-1
archive,paged,category,category-prosa,category-6,paged-6,category-paged-6,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Prosa

Mabuk dalam buai asmara, tenggelam dalam samudera rasa. Adinda begitu merasa senang bukan kepalang, seakan ada suatu hal yang merasuki jasadnya. Senyum bukan sembarang senyum, tawa bukan sembarang tawa, laksana manusia yang telah diberikan kenikmatan penampakan surga. Namun bukan Adinda pabila dengan seenak hati menikmati sajian...

Pelangi, nampak indah bersama semburat jingga yang  bersenandung diatas langit. Namun angin berhembus, membuat daya tahan tubuh merasakan kegetiran melawan hawa dingin yang menumpang dalam kandungan angin. Adinda menggigil, gigi dan tubuhnya menggetar. Kakanda : Masuklah kedalam rumah, Adinda. Adinda : Tidak apa-apa, Kakanda. Kakanda : Rasamu memang tidak...

Sekumpulan ikan-ikan kecil menari diantara bebatuan yang berderet tak rapih didalam lumbung air selokan, begitu asyik berenang ditemani sampah-sampah domestik. Dalam belantika peradaban yang tak beradab dan kemajuan yang tak melaju, mereka mesti beradaptasi dengan kondisi yang semakin buruk, mereka dipaksa sengsara! Adinda : Maafkan kami, ikan-ikan kecil....

Dalam keheningan malam, tanpa lelah Kakanda masih saja melatih kemampuannya dalam menafsirkan kata, melalui jemari yang melenggang diatas kertas putih yang masih terlihat dara. Adinda : Apa yang kini engkau tulis, Kakanda? Kedua tangan Adinda melingkari tubuh Kakanda, yang sedang terduduk diatas kursi tak berpenyangga, kepalanya bersandar...

Seberapa jauh kebahagiaan akan menaungi kehidupan manusia? Akankan manusia bisa merasakan kebahagiaan dalam setiap detik nafas kehidupannya? Pertanyaan-pertanyaan rumit menyelimuti pandangan Adinda tentang masa depan, pandangan akan kebahagiaan yang tiada taraf yang mampu mengukur esensinya dalam kerangka hidup umat manusia. Adinda : Memang tidak akan pernah...

Sepasang burung terbang tak terkendali, ditembak angin lembah yang berhembus begitu kencang. Entah apa yang mereka lakukan, dengan berani mereka menantang angin yang sanggup menghapus kabut selimut gunung, kiranya mereka ingin bunuh diri. Kakanda : Luar biasa! Melalui mata yang berkaca-kaca, Kakanda menyiratkan kekaguman terhadap sepasang burung...

We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.