Kakanda dan Adinda #Part11 - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
1185
post-template-default,single,single-post,postid-1185,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Kakanda dan Adinda #Part11

Kakanda dan Adinda #Part11

Sekumpulan ikan-ikan kecil menari diantara bebatuan yang berderet tak rapih didalam lumbung air selokan, begitu asyik berenang ditemani sampah-sampah domestik.

Dalam belantika peradaban yang tak beradab dan kemajuan yang tak melaju, mereka mesti beradaptasi dengan kondisi yang semakin buruk, mereka dipaksa sengsara!

Adinda : Maafkan kami, ikan-ikan kecil. Tak sempat kami memperhatikan nasib kalian, kami hanya mementingkan diri kami sendiri tanpa mempedulikan hak kehidupan kalian.

Dari sektor anus kota, kekecewaan memuncak dalam batin Adinda, melihat kesengsaraan yang menimpa makhluk secipta. Tidak banyak yang dapat dilakukaknya, selain mengais sampah-sampah yang berserakan di samping sungai, sungai yang sudah tak nampak seperti sungai.

Puluhan pasang mata menyeret pandang terhadap Adinda, terlihat ada yang jijik dan ada pula yang tabik.

Adinda : Aku tak peduli terhadap pandangan manusia, aku hanya peduli terhadap pandangan tuhan!

Beberapa tumpuk sampah telah terkemas dengan rapi didalam plastik, samapah-sampah tersebut pun akhirnya berlabuh di dermaga yang tepat, tempat pembuangan sampah. Nampak terlihat Adinda begitu lega dan puas atas apa yang telah dilakukannya, walaupun tidak mengubah wajah sungai kembali seperti semula tapi perjuangnanya sungguh luar biasa.

Adinda pun melangkah pulang, bersama penampilan bak seorang gelandangan. Seketika pintu rumah dibuka, Kakanda yang tengah membaca buku di ruang tamu nampak kaget.

Kakanda : Apa yang telah terjadi, Adinda?

Adinda hanya tersenyum ringan.

Kakanda : Engkau nampak kotor sekali dan engkau membawa aroma yang tidak sedap bersama ragamu, aroma apakah ini?

Tetap dalam kondisi tersenyum, Adinda menjawab dengan wajah gembira.

Adinda : Ini adalah aroma perjuangan, Kakanda.

Sempat terketuk bingung, namun perlahan Kakanda mengerti apa yang dimaksudkan oleh Adinda, dia pun tertawa puas.

Adinda : Mengapa engkau menertawakanku? Apakah karena penampilanku yang buruk ini? 

Wajahnya terlihat merah marun, karena tercemar oleh debu, lumpur, dan malu. Adinda merasa sedikit jengkel.

Kakanda : Perkataan dan perbuatanmu sangat lucu, menyiratkan sebuah isyarat yang mengelitik dan memacu intuisiku untuk menelusuri lebih mendalam. Terlepas dari apa yang telah engkau lakukan, aku yakin itu adalah hal yang baik dan benar. Segeralah membersihkan dirimu!

Adinda kembali tersenyum ringan, sambil menahan tawa atas perbuatannya sendiri dia bergegas menuju ke kamar mandi.

Nouer Dyn

No Comments

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.