10 Nov Gerakan Mandiri Pangan dari Urban Pure Cooperative
Urban farming, atau pertanian perkotaan, kian menjadi tren di banyak negara, termasuk Indonesia. Seiring dengan bertambahnya populasi dan semakin terbatasnya lahan pertanian, urban farming menawarkan solusi cerdas untuk menghasilkan pangan sehat di tengah hiruk-pikuk kota.
Urban farming tak hanya mendukung kemandirian pangan, tetapi juga menjadi alat pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat kota. Indonesia, dengan keberagaman iklim dan kesuburan tanahnya, memiliki potensi besar dalam pengembangan urban farming, yang bahkan bisa dilakukan di lahan sempit atau perkarangan rumah.
Ragam Bentuk Urban Farming yang Mudah Diterapkan
Bagi masyarakat Indonesia, ada berbagai metode urban farming yang mudah diterapkan. Beberapa di antaranya meliputi:
1. Vertikultur: Teknik menanam secara vertikal ini sangat cocok untuk lahan sempit di perkotaan. Tanaman seperti bayam, selada, atau kangkung bisa ditanam secara vertikal di dinding atau rak bertingkat.
2. Hidroponik: Sistem tanam ini menggunakan air sebagai media tanam, bukan tanah. Selain hemat ruang, hidroponik dapat menghasilkan sayuran lebih cepat dengan kualitas yang baik.
3. Akuaponik: Gabungan dari budidaya tanaman dan ikan, metode akuaponik menggunakan air dari kolam ikan untuk mengairi tanaman. Nutrisi dari kotoran ikan dapat digunakan tanaman sehingga sistem ini efisien dalam hal pemanfaatan sumber daya.
4. Container Gardening: Teknik ini melibatkan penanaman dalam pot atau kontainer yang mudah dipindahkan, cocok untuk tanaman seperti tomat, cabai, atau terong.
5. Kebun Komunitas: Di beberapa kota, kebun komunitas dikelola oleh kelompok masyarakat untuk menanam berbagai sayuran dan buah secara bersama-sama. Selain menyediakan sumber pangan, kebun komunitas mempererat hubungan sosial.
Urban farming juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, terutama di daerah perkotaan. Tanaman dapat membantu mengurangi polusi udara, menurunkan suhu udara sekitar, serta menyediakan area hijau yang menyegarkan mata.
Urban Pure Cooperative, Gerakan Urban Farming di Aceh Barat
Di Aceh Barat, sebuah inisiatif urban farming yang dikenal sebagai Urban Pure Cooperative telah diinisiasi oleh mahasiswa Universitas Teuku Umar (UTU), dipimpin oleh Rahmat Hidayat, dengan bimbingan dari dosen mereka, Said Achmad Kabiru Rafiie. Kegiatan yang dimulai pada Januari 2023 ini berhasil memanfaatkan lahan kosong dan perkarangan rumah untuk menanam berbagai sayuran dan buah-buahan tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia, menjadikannya produk organik yang sehat bagi masyarakat setempat.
Urban Pure Cooperative telah menanam sayuran seperti bayam, kangkung, pakcoy, dan kacang panjang. Tak hanya itu, mereka juga menanam buah-buahan seperti nanas dan mentimun, semua dilakukan dengan metode ramah lingkungan yang menggunakan pupuk kandang dan kompos dari sisa makanan.
Salah satu hal yang membuat Urban Pure Cooperative istimewa adalah pendekatannya terhadap konsep keberlanjutan. Dengan memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai kompos, inisiatif ini turut mengurangi dampak pemanasan global dengan menangkap karbon melalui tanaman yang ditanam. Kegiatan ini juga menciptakan ekosistem hijau di tengah perkotaan dan menawarkan solusi pangan organik yang terjangkau.
Produk Urban Pure Cooperative di Aceh Barat dapat dipesan langsung di lokasi atau melalui media sosial. Kebun perkotaan ini berlokasi di Jalan Bakti Pemuda, No.62 Drien Rampak, Meulaboh, dan terbuka bagi masyarakat yang ingin mendapatkan sayuran segar yang bisa dipetik langsung.
Kolaborasi Dosen & Mahasiswa dalam Urban Pure Cooperative
Said Achmad Kabiru Rafiie adalah dosen di Universitas Teuku Umar yang memiliki semangat tinggi dalam mengembangkan urban farming sebagai solusi ketahanan pangan di perkotaan. Dengan dukungan dan bimbingannya, Urban Pure Cooperative berhasil menjadi percontohan urban farming di Aceh Barat. Achmad percaya bahwa urban farming tidak hanya sekadar menyediakan pangan, tetapi juga membuka kesempatan ekonomi bagi masyarakat setempat.
Visi Achmad adalah mengembangkan koperasi tani perkotaan yang berkelanjutan sehingga Urban Pure Cooperative bisa menjadi salah satu penggerak perekonomian daerah. Ia berharap konsep urban farming ini dapat menjadi proyek percontohan yang dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia. Urban farming, menurut Achmad, juga penting untuk menjaga ketahanan pangan dan mencegah inflasi pangan yang dapat mempengaruhi kestabilan ekonomi keluarga.
Dalam pandangannya, Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar untuk memanfaatkan setiap lahan yang tersedia demi peningkatan produksi pangan. Achmad juga melihat urban farming sebagai kesempatan untuk memberikan edukasi pada masyarakat perkotaan mengenai pentingnya ketahanan pangan serta cara menanam yang ramah lingkungan.
Penghargaan SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional
Atas dedikasinya dalam mempromosikan urban farming dan komitmennya terhadap lingkungan, Said Achmad Kabiru Rafiie dan tim Urban Pure Cooperative meraih penghargaan di tingkat provinsi pada ajang SATU Indonesia Awards 2023. Penghargaan ini diberikan oleh PT Astra Internasional sebagai bentuk apresiasi atas upaya mereka dalam memberdayakan masyarakat melalui urban farming yang sehat dan berkelanjutan.
SATU Indonesia Awards merupakan ajang penghargaan yang mendorong generasi muda untuk berperan aktif dalam memajukan bangsa di berbagai bidang, termasuk lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan. Said Achmad Kabiru Rafiie dianggap sebagai sosok inspiratif yang berhasil mengimplementasikan konsep urban farming secara nyata di lingkungan perkotaan.
Dengan penghargaan ini, Achmad berharap dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan menginspirasi kota-kota lain untuk menerapkan konsep serupa demi ketahanan pangan nasional. Bagi Achmad, urban farming bukan sekadar cara menanam sayuran di kota, tetapi juga cara hidup yang sehat dan berdampak positif bagi lingkungan.
Potensi Urban Farming di Indonesia dan Khususnya Aceh Barat
Sebagai negara agraris, potensi pertanian di Indonesia sangat luas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian menyumbang sekitar 13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2021, menjadikan pertanian sebagai salah satu sektor kunci bagi perekonomian Indonesia. Di Aceh Barat, urban farming menjadi cara yang relevan untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus membuka lapangan kerja baru.
Aceh Barat yang kaya akan sumber daya alam juga memiliki potensi besar dalam pengembangan urban farming. Urban Pure Cooperative adalah bukti nyata bagaimana pertanian perkotaan dapat dikembangkan di daerah ini, sekaligus memberikan dampak nyata pada kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka panjang, urban farming di Aceh Barat berpotensi mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar daerah, yang tentunya lebih berkelanjutan.
Manfaat Urban Farming bagi Masyarakat Perkotaan
Urban farming membawa banyak manfaat bagi masyarakat perkotaan, di antaranya:
– Ketahanan Pangan: Dengan urban farming, masyarakat dapat memproduksi pangan secara mandiri dan mengurangi ketergantungan pada produk luar.
– Lingkungan yang Lebih Sehat: Tanaman membantu mengurangi polusi udara di kota dan memberikan ruang hijau yang menyejukkan.
– Ekonomi Lokal: Urban farming dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat, baik dari penjualan hasil panen atau produk turunannya.
Dengan berkembangnya inisiatif urban farming seperti yang dilakukan oleh Urban Pure Cooperative di Aceh Barat, harapannya semakin banyak masyarakat yang tertarik memanfaatkan lahan yang ada untuk kegiatan produktif. Urban farming adalah langkah kecil dengan dampak besar, dan inovasi ini membuktikan bahwa pertanian tidak harus terbatas di pedesaan saja.
No Comments