Energi Terbarukan Masa Depan yang Terpinggirkan - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
16988
post-template-default,single,single-post,postid-16988,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Energi Terbarukan Masa Depan yang Terpinggirkan

Energi Terbarukan Masa Depan yang Terpinggirkan

Bagi sebagian besar orang yang berkutat di bidang energi, baik dalam konteks pekerjaan maupun pendidikan, pasti sudah sangat familiar dengan berbagai macam jenis energi. Termasuk energi terbarukan yang akhir-akhir ini sering menjadi topik yang populer diperbincangkan. Bagi saya pribadi, saya sudah mengenal beragam jenis energi terbarukan seperti tenaga matahari, angin, atau panas bumi dari tahun 2007 atau sejak duduk di bangku SMK.

Mengambil jurusan teknik pemanfaatan energi listrik, membuat informasi yang saya dapatkan cukup banyak mengenai siklus energi listrik dari hulu ke hilir. Akan tetapi, mengenai pemanfaatan energi terbarukan ini sangat kurang diperhatikan untuk diproduksi secara masal. Hal ini tentu berkenaan dengan peran pemerintah dan juga pihak-pihak terkait untuk mengupayakan penerapan dan pemanfaatan energi terbarukan secara masal.

Permasalahan Energi Terbarukan di Indonesia

Permasalahan sumber energi terbarukan yang terpinggirkan ini pun banyak ya, mulai dari sisi ekonomis sampai pada hal yang bersifat teknis. Memang untuk investasinya memang lebih mahal jika dibandingkan dengan energi yang konvensional, lalu perawatan serta instalasi yang berbeda dan mengharuskan sumber daya manusia yang tersedia menambah kemampuan dan wawasan dalam mengelola sistem energi terbarukan.

Selain itu, alasan belum menjadi tren di negara besar biasanya jadi alasan suatu teknologi itu tidak dikembangkan, walaupun sudah diketahui seperti apa fungsinya. Contohnya seperti sistem barcode yang saat ini sudah menjadi hal umum sebagai sistem pembayaran, padahal sistem ini sudah ada sejak lama dan dari sisi penerapan pun tidak menyulitkan. Namun karena memang belum populer, maka tidak banyak yang menggunakannya secara umum.

Hal ini juga berkaitan dengan mindset bangsa Indonesia sepertinya, bila kita termovitasi untuk menjadi terdepan dalam berbagai hal, tentu akan memandang berbeda terhadap pemanfaatan energi terbarukan. Walaupun demikian, tidak menjadi kesalahan juga tentu bila kita terlambat menerapkan pemanfaatan energi terbarukan. Momennya pun tepat mengingat saat ini kita mulai memiliki kesadaran yang lebih terhadap perkembangan teknologi.

Traction Energy, Pengempu Pembaruan Energi di Indonesia

Beberapa waktu lalu saya sempat mengikuti acara #EcoBloggerSquad2023 bersama Traction Energy, sebuah lembaga riset independen yang berfokus pada isu transisi menuju energi bersih dan terbarukan. Ada beberapa poin penting yang saya dapatkan mengenai pertumbuhan energi terbarukan di Indonesia, seperti:

1. Keberadaan sumber energi terbarukan yang melimpah dan murah serta efisiennya proses pengadaan bahan bakunya menjadi daya tarik utama.

2. Secara global, penggunaan energi terbarukan telah berhasil menurunkan 1,25% emisi CO2 per kapita, memberikan kontribusi signifikan dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim.

3. Fokus pada emisi karbon dan Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi landasan utama dalam pemanfaatan energi terbarukan, sejalan dengan komitmen global untuk mengatasi krisis iklim.

4. Energi terbarukan cenderung memiliki dampak lingkungan dan kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan energi fosil, membuka peluang untuk menciptakan industri yang lebih berkelanjutan.

Mendengarkan pemaparan mengenai energi terbarukan, membuat saya pribadi merasa ada hal baik yang akan terjadi di Indonesia, terutama bila memerhatikan pemanfaatan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Oh ya, ada beberapa jenis energi terbarukan yang perlu kita ketahui mengenai jenis-jenis energi terbarukan ini, seperti:

1. Geothermal (Panas Bumi):

   – Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar kedua di dunia.

   – Dampak seperti pengaruh terhadap sumber daya air, emisi GRK, dan potensi gangguan sistem geologis perlu diantisipasi.

   – PLTS Cirata memacu pertumbuhan investasi hijau di Indonesia.

2. Tenaga Surya (Matahari):

   – Kelemahan utama termasuk ketergantungan pada kondisi cuaca dan biaya instalasi awal yang tinggi.

   – Panel surya dapat mengubah radiasi matahari menjadi energi listrik.

3. Bioenergi:

   – Bioenergi dihasilkan dari sumber biologis seperti biomassa tanaman.

   – Potensi biomassa melibatkan kayu, tanaman pangan, tanaman khusus energi, dan limbah hutan atau limbah pangan.

Masyarakat awam tentu bisa ikut serta dalam memanfaatkan energi terbarukan, salah satunya dengan memakai panel surya untuk menyediakan energi listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Saat ini juga banyak perangkat-perangkat elektronik yang menggunakan energi matahari, tentu kita dapat memanfaatkannya agar dapat mendukung energi yang lebih ramah lingkungan.

Tidak hanya sampai di situ, limbah minyak jelantah yang dihasilkan di rumah pun dapat diubah menjadi energi terbarukan. Ya, limbah minyak jelantah dapat diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi bio diesel yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan.

Dengan membiasakan diri untuk bersahabat dengan energi terbarukan, tentu akan membangun ekosistem energi terbarukan yang baik sehingga pihak-pihak terkait terutama pemerintah dapat lebih memerhatikan pemanfaatan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Penjaja Kata

No Comments

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.