06 Apr Drama Musikal Bandung Lautkeun Hejo (Kompas kampus, 1 April 2014)
Bandung, kota yang dijuluki dengan kota kembang atau bunga memang begitu mempesona dengan keindahan dan keasriannya. Namun hal itu terjadi beberapa waktu yang lalu, sekarang pemandangan yang begitu berbanding terbalik, pepohonan berganti bangunan dan untaian bunga diganti tumpukan bata. Bahkan tumpukan sampah dan kemacetan kini mulai menjadi pemandangan yang mulai akrab dengan kota Bandung.
Hal tersebut menjadi latar belakang cerita dari drama musikal “Bandung Lautkeun Hejo”, drama musikal ini digagas oleh Itenas Clubreads, salah satu unit kegiatan mahasiswa di kampus Itenas. Drama musical tersebut untuk pertama kalinya ditampilkan dalam acara puncak Lego Ergo Scio, sebuah acara seminar santai dan ajang kreatifitas yang diselenggarakan oleh Kompas dan Kota Baru Parahyangan, yang bertujuan sebagai ajang silaturahmi setiap kampus yang telah menyelenggarakan acara serupa di kampusnya.
Sebuah pesan untuk kembali menghijaukan kota Bandung menjadi pesan utama yang disampaikan melalui pertujukan drama ini, pesan yang diberikan tidak hanya secara verbal namun juga dengan tindakan nyata yang disampaikan oleh para pemain drama. Alur cerita yang dikemas variatif, ada kalanya mempertunjukan suasana Bandung tempo dulu dan suasana Bandung saat ini, begitupun sebaliknya.
Selain itu, dalam konsep drama musical ini turut diangkat salah satu peristiwa historis dari kota Bandung yakni peristiwa Bandung Lautan Api. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 23 Maret 2014 tersebut memang bertepatan dengan peristiwa Bandung lautan api yang ke 71 tahun. Peristiwa yang tidak akan pernah lekang dari ingatan warga Bandung, dimana NICA dengan semena-mena meminta kota Bandung untuk dikosongkan demi kepentingan mereka pribadi, alasan dibakarnya sebagian Bandung bagian timur adalah salah satu bentuk ketidak terimaan dari warga Bandung.
Pesan serupa juga disampaikan melaui pertunjukan drama musical ini, pesan untuk mengingatkan bahwa perjuangan para leluhur untuk mempertahankan tanah kelahirannya jangan sampai kita lupakan, karena jasa mereka lah kita masih bisa bebas untuk menginjakan kaki di kota Bandung. Lagu wajib nasional Halo-halo Bandung pun turut dikumandangkan dalam drama musical tersebut, semua peserta yang hadir dalam acara pun turut diajak untuk menyanyikan lagu tersebut guna merayakan 71 tahunnya peristiwa Bandung Lautan Api.
Dunia drama memang sangat melenceng jauh dari fokus akademika di Itenas yang memang lebih condong dalam dunia teknologi, drama musical Bandung Lautkeun Hejo dapat terselenggara karena kepedulian para mahasiswa yang tergabung dalam unit Itenas Clubreads akan kondisi Bandung yang semakin memprihatinkan. Drama musikal dipilih karena dianggap sebagai media yang mencakup beberapa aspek dalam penyampaian suatu pesan, proses otodidak dalam mengelola drama pun dipelajari dengan sungguh-sungguh.
Selain mempertunjukan drama musikal, Itenas Clubreads pun turut menyumbangkan sumbangsi kreatifitas pada lomba dekorasi stan bazaar. Tema yang diangkat untuk stan bazaar adalah go green, selaras dengan motto yang diangkat oleh kota baru Parahyangan, juga kampus Itenas pada saat acara dies natalis beberapa waktu lalu.
Selain dekorasi yang mengangkat tema go green, turut dilibatkan pula beberapa jenis mainan tradisional seperti egrang dan bakiak. Beberapa orang tertarik dengan dua jenis mainan tersebut dan tidak sungkan untuk mencoba, walaupun sebenarnya mereka tidak bisa memainkannya, terutama untuk egrang yang memang membutuhkan keseimbangan yang baik dan tentu latihan yang rutin.
Selain, itu konsep stan yang diusung oleh Itenas Clubreads menggoda minat salah satu pengunjung acara, seorang warga negara Jerman yang tinggal di kota baru Parahyangan. Dia tertarik dengan konsep tersebut karena sesuai dengan perusahaan tempat dia bekerja, bahkan dia menawarkan kerja sama kepada Itenas Clubreads, sungguh suatu hal yang sangat membanggakan. Pada perlombaan dekorasi stan bazaar, Itenas Clubreads mendapatkan juara ke 3, sebuah hasil yang cukup membanggakan, mengingat persiapan tidak terlalu sempurna dan dekorasi hanya bermodalkan sumber daya yang terbatas.
Akan tetapi sungguh disayangkan, pertunjukan drama musikal tidak mendapatkan posisi juara. Walaupun pertunjukan drama musikal tidak mendapatkan juara dalam acara puncak Lego Ergo Scio, namun semoga pesan utama yang coba disampaikan dapat diterima dengan baik dan diaplikasikan dengan baik oleh para peserta yang hadir dalam acara tersebut. Semoga Bandung dapat kembali bersih, hijau, dan menjadi kota kembang yang sesungguhnya.
(Sandra Nurdiansyah – Ketua Itenas Clubreads)
No Comments