Ada Apa Antara Soekarno dan Jendral Soedirman? - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
2282
post-template-default,single,single-post,postid-2282,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Ada Apa Antara Soekarno dan Jendral Soedirman?

Ada Apa Antara Soekarno dan Jendral Soedirman?

Ada Apa Antara Soekarno dan Jendral Soedirman? Sudah terlalu lama postingan ini menghungi draft, daripada dibuang sayang dan malah jadi penyakit, lebih baik diposting saja. Hahaha ….

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada saat film Jendral Soedirman rilis, saya sempat menikmati film ini di bioskop bersama ibu, tante, dan adik tercinta. Film bertemakan nasionalisme yang dirilis tanggal 27 Agustus 2015 ini menarik perhatian ibuku yang memang nge-fans dengan Adipati Dolken yang mirip dengan anaknya. 😀

Film ini menampilkan scene-scene yang menceritakan perang gerilya yang dipimpin oleh Jendral Soedirman dari atas tandu. Berulang kali keluar masuk hutan dan perkampungan, berulang kali dikejar-kejar oleh pasukan Belanda, namun Jendral Soedirman dan kolega tetap pantang menyerah.

Jendral Soedirman yang memang gemar merokok, juga dimunculkan dalam adegan di beberapa scene, sehingga film ini memang benar-benar mengangkat sosok sang jendral. Bagi yang pernah menonton film Thank You For Smoking, mungkin akan beranggapan bahwa setiap adegan tersebut dimunculkan karena sudah dibayar oleh perusahaan rokok. Hahaha …

Efek visual maupun audio, serta konsep dari film ini memang cukup bagus untuk kualitas film Indonesia. Pemilihan lokasi syuting di Yogyakarta, Bandung, Magelang, dan Wonosari juga sangat pas karena ke-empat kota tersebut memiliki garis sejarah dengan kejadian dalam film Jendral Soedirman.

Sayangnya, film ini masih kalah populer dibandingkan film-film lain yang hadir dalam waktu yang berdekatan seperti film Mission: Imposible Rogue Nation, Battle of Surabaya, Fantastic Four, dan lainnya. Apalagi bagi para generasi muda, yang seharusnya menonton film Jendral Soedirman untuk meningkatkan jiwa nasionalis-nya, pasti lebih mengutamakan menonton film-film yang lebih menghibur dan tidak terlalu serius.

Saya sendiri sebenarnya, kalau bukan karena diajak ibu dan tante juga, mungkin akan memilih menonton film lain. Apalagi setelah menonton film Pixels sebelumnya, saya melihat ada film yang akan segera tayang dan menurut saya sangat cocok untuk saya tonton, film tersebut adalah film Love You Love You Not yang peran utamanya dimainkan oleh mantan pacar saya: Chelsea Islan. wkwkwk

*****

Sinopsis

Secara sepihak Belanda mengatakan sudah tak terikat dengan perjanjian Renville, sekaligus mengatakan penghentian gencatan senjata. Pada tanggal 19 Desember 1948, Jenderal Simons Spoor Panglima Tentara Belanda memimpin Agresi militer ke II menyerang ibukota Republik, Yogyakarta. Soekarno-Hatta di tangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka.

Selama tujuh bulan Jenderal Soedirman yang tengah diterpa sakit berat melakukan perjalanan ke arah selatan serta memimpin perang gerilya. Belanda mengatakan Indonesia telah tiada, akan tetapi dari kedalaman hutan, Jenderal Soedirman menyiarkan bahwa Republik Indonesia masih tetap ada, berdiri kokoh bersama Tentara Nasionalnya yang kuat.

Soedirman membuat Jawa menjadi medan perang yang luas, membuat Belanda kehabisan logistik serta waktu. Rakyat dan TNI memperkuat kestabilan nasional yang pada akhirya memenangkan perang. Dengan ditanda tangani Perjanjian Roem-Royen, Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan RI sepenuhnya.

 

Sudut Pandang

Ada beberapa scene yang mempertontonkan kedekatan antara Ir. Soekarno dengan Jendral Soedirman, panggilan  “Ananda Dirman” pun menjadi sapaan akrab dari Bung Karno untuk Jendral Soedirman. Namun, dalam beebrapa bagian scene terakhir, ada pesan ketidaksukaan dari Jendral Soedirman terhadap keputusan dari Ir. Soekarno untuk memilih mengasingkan diri daripada berperang.

Kedua pahlawan ini memang memiliki dua medan perang yang berbeda, sehingga pantaslah bila terjadi selisih paham antara keduanya mengenai makna dari sebuah “perang” untuk mendapatkan kemerdekaan. Sempat berpikir dan berkata dalam hati untuk apa perselisihan ini diperlihatkan, saya tersadar dengan sendirinya bahwa film yang berkualitas itu tidak selalu manis dan enak. 😀

Berbicara mengenai aktor di film ini, aktor yang dipilih sebagai Soekarno yaitu Baim Wong, memang sudah tampil dengan baik tapi membuat penonton di Indonesia kehilangan “peran” Soekarno yang sebelumnya diperankan oleh Ario Bayu di film yang berjudul Soekarno: Indonesia Merdeka.

Bagaikan melihat sosok Peter Parker diperankan oleh Andrew Garfield di The Amazing Spider-Man, bukan oleh Tobey Maguire, begitulah penilaian saya terhadap penokohan Ir. Soekarno di film Jendral Soedirman. Pokoknya, berasa kurang pas saja di hati dan pikiran, kurang greget kalau kata Mad Dog. 😀

*****

Ya begitulah postingan yang sudah 4 bulan mengontrak dalam draft blog saya, semoga ada yang baca dan semoga yang baca tidak muntah karena postingannya sudah kadaluwarsa. Hehehe… :v

Penjaja Kata

6 Comments
  • Titis Ayuningsih
    Posted at 22:51h, 29 December

    2 sosok nama yang sangat berjasa untuk Indonesia SUkarno dan Soedirman

    • penjajakata
      Posted at 22:57h, 29 December

      Yup, betul sekali, mba. Berkat jasa merekalah saya bisa ngeblog hari ini. 😀

      Terima kasih sudah berkunjung. 🙂

  • Nur
    Posted at 23:46h, 01 January

    Iya, kenapa sih pemeran Soekarnonya harus beda. 🙁

  • iman
    Posted at 21:48h, 03 January

    Saya belum nonton nih, emang yah, film indonesia beberapa kadang bagus cuma karena image film indonesia yang sering dianggap asal-asalan, jadinya bikin kita malas nontonnya. Saya kelewatan beberapa film Indonesia bagus tahun ini, ini mungkin salah satunya…

    • penjajakata
      Posted at 23:19h, 06 January

      Mindset masyarakat terhadap produk-produk buatan dalam negeri memang kurang baik, salah satunya produk di film juga. Padahal film2 di Indonesia tak kalah keren dengan film2 impor, apalagi film buatan para sineas indie yang imajinasinya liar. 🙂

  • Ira Guslina
    Posted at 10:13h, 12 January

    Sinopsis yang menarik mas… kekurangan memfilmkan cerita yang sudah sangat dekat di masyarakat tentu sangat banyak. Imaji yang telah dibangun semenjak pertama baca buku sejarah jadi hilang…

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.