Pertunjukan Monolog dari Pevita Pearce di Film Aach Aku Jatuh Cinta - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
3192
post-template-default,single,single-post,postid-3192,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Pertunjukan Monolog dari Pevita Pearce di Film Aach Aku Jatuh Cinta

Pertunjukan Monolog dari Pevita Pearce di Film Aach Aku Jatuh Cinta

Pertunjukan Monolog dari Pevita Pearce di Film Aach Aku Jatuh Cinta, Penjaja Kata. Pernahkah kamu melihat aksi pertunjukan monolog? Bagaimana menuturmu kalau kalau seorang Pevita Pearce lah yang memainkan pertunjukan monolog tersebut? Selain para lelaki, para wanita juga pasti akan penasaran.  Untuk mengobati rasa penasaran tersebut cobalah tonton film Aach Aku Jatuh Cinta yang sudah tayang di bioskop sejak tanggal 4 Februari 2016, karya sutradara kenamaan di Indonesia: Garin Nugroho. 🙂

Dalam film ini, Pevita Pearce (Yulia) memerankan seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda dengan perangai yang lugu. Sementara Chico Jericho (Rumi), yang menjadi lawan main utamanya, memerankan seorang lelaki pribumi yang tampil bak seorang pujangga, layaknya sang pujangga yang menjadi inspirator dari pemberian namanya, Jalaluddin Rumi.

Aach Aku Jatuh Cinta - Infofilm21

Film Aach Aku Jatuh Cinta (Sumber Foto: Infofilm21)

Ya, konsep monolog diadaptasikan di film ini, dan Pevita Pearce alias Yulia lah sosok yang dipercaya untuk menggaungkan untaian kata melalui lantunan suaranya yang indah dan memesona. Bagi para pria, pasti lah akan tersihir saat mendengarkannya dengan baik, khusunya bagi pria yang masih normal. 😀

Bahkan, dalam alur ceritanya, Rumi pun tergila-gila dengan sosok Yulia. Walaupun kisah cinta mereka berlangsung  dengan penuh intrik, sampai-sampai ibu Yulia pun membuat sebuah “ultimatum” agar ia tidak berdekatan dengan Rumi yang selalu membuatnya sial, tetapi akhirnya kisah cinta mereka bisa berlabuh di dermaga kebahagiaan.

Bak badai yang melanda samudera, perahu tetap ‘kan menyentuh pantai jua, entah bagaimana pun cara ombak menggiringkannya. Itulah rangkaian kata yang Penjaja Kata buatkan untuk kisah cinta Rumi dan Yulia di film Aach Aku Jatuh Cinta, ini bukan saduran dari filmnya, ya. 🙂

Selayang Pandang

Era 70, 80, dan 90-an yang mewakilkan fase kanak-kanak, remaja, dan dewasa, menjadi latar waktu di film Aach Aku Jatuh Cinta. Tren dan gaya yang melekat dalam ketiga era tersebut, diadaptasikan pula dengan apik. Dan, hal lain yang menarik adalah isu-isu yang berkaitan dengan unsur politik dan sosial, turut diberdayakan dalam tatanan konsep yang seirama.

Permasalah dalam hubungan rumah tangga memang menjadi bumbu penyedap di dalam film Aach Aku Jatuh Cinta. Sebab dan akibat dari permasalah orangtua yang tak bisa diselesaikan dengan baik, akan berdampak buruk bagi tumbuh-kembang anak, inilah yang dialami oleh kedua tokoh di film ini, Rumi dan Yulia.

Sikap kritis namun tetap optimis, perlu dihadirkan saat menonton film ini, agar pesan tersirat untuk menjaga keutuhan keluarga yang harmonis, haruslah dijadikan tujuan yang utama dalam membangun pondasi pernikahan. Masalah memang akan selalu ada, tapi solusi pun akan selalu datang menyertainya. 🙂

Sudut Pandang

Scene awal di film Aach Aku Jatuh Cinta memang agak sedikit menjijikan, karena terlalu “menghidupkan” adegan dan properti yang berbentuk “ampas makanan” manusia. Bagi sebagian orang hal tersebut tentu akan sangat mengganggu dan membuat risih karena akan mengundang kegaduhan di bangku penonton. Apalagi scene tersebut diletakan di awal film, tentu akan sedikit mengganggu kenikmatan para penonton.

Akan tetapi, bagi saya pribadi hal ini menjadi sebuah hiburan tersendiri. Karena, secara tidak langsung menunjukkan bahwa film ini tidak hanya sekadar menyajikan kisah percintaan yang picisan. Mengapa? Ya, karena ampas makanan manusia memiliki permaknaan yang sama dengan cinta: sama-sama dibutuhkan setiap harinya. 😀

Walaupun menjijikan, tidak akan ada manusia yang bisa hidup enak tanpa bisa memproduksi ampas makanan tersebut. Apakah ada manusia yang tidak pernah memegangnya? Tentu tidak, karena prosesi pembersihan ampas makanan tersebut menjadi pembelajaran yang kita terima sejak kecil.

Begitu pula dengan cinta, akan selalu kita butuhkan setiap hari agar bisa hidup enak. Apakah ada yang tidak hidup dengan cinta? Tentu tidak, karena hidupnya pasti tidak akan lama bila tanpa cinta. Dan, cinta pun telah diajarkan kepada kita sejak lahir, bahkan sedari dalam kandungan. 🙂

Simpulan 

Sederet film keren sedang “membanjiri” bioskop di bulan yang penuh cinta ini, tak ada salahnya bila kamu mencoba menonton semua film, terutama film-film yang benafaskan cinta seperti film Aach Aku Jatuh Cinta atau Film London Love Story.

Ya, memang butuh pengeluaran yang cukup besar, tapi cinta itu memang butuh pengorbanan, bung! Jangan menunggu film-filmnya bisa diunduh atau ditonton di Youtube, karena harus kamu ingat juga kalau cinta itu tidak bisa menunggu, bung! 😀

Penjaja Kata

7 Comments
  • Efi
    Posted at 12:26h, 06 February

    Meskipun intronya ada ampas yang jijay bajay itu kalau naratornya Pevita mah tetep aja enjoy ya, San hihihi. Untung ga lagi ngemil pas nonton ini.

  • BlogS of Hariyanto
    Posted at 16:17h, 06 February

    pevita sich,,,tanpa berperan pun sudah kelihatan wajahnya yang blasteran gitu
    keep happy blogging always,,,salam dari makassar – banjarbaru 🙂

  • noniq
    Posted at 21:11h, 07 February

    Adegan pembuka itu membuat saya bersyukur ga beli popcorn hahaha…

  • Ardiba
    Posted at 06:49h, 08 February

    Wah. Kalo aku sih nggak masalah sama ampas makanan manusia. Udah sering bersihin ampas makanan anak. Wkwkwk

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.