Permasalahan Urban dan Uban - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
2122
post-template-default,single,single-post,postid-2122,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Permasalahan Urban dan Uban

Permasalahan Urban dan Uban

Halo, dunia blogger. Wah, sudah lama saya tak bersua melalui kata di blog Penjaja Kata. Ya, beberapa bulan ini sang pemilik blog sedang disibukkan dengan tuntutan untuk segera merampungkan tugas besarnya sebagai buah hati dari sepasang orangtua. 🙂

(NB: Hiraukan kalimat pembuka di atas, apabila Anda tidak mengenal saya. ^_^)

Permasalahan Urban Bikin Beruban

Baru-baru ini, atau selalu baru setiap hari, permasalahan hadir menerpa kehidupan kaum urban dalam berbagai faktor hidup masyaratak seperti sandang, pangan, papan, maupun jamban. Betul atau tidak? Ah, pokoknya banyak permasalahannya, dan jangan diuraikan kasus-kasusnya seperti kasus beras plastik yang sedang naik daun dan nge-hits karena membuat tukang bubur masuk teve, namun sekarang si tukang bubur malah diancam masuk bui. Padahal niatnya ‘kan mulia, tanpa batu, untuk membuat masyarakat lebih berhati-hati memilih beras sebelum menanak nasi. Tetapi, kenyataannya ia dianggap mencari sensasi, sepertinya paham sensasionalisme memang mulai tumbuh subur di negeri ini. Haduhhh…

Atau jangan dijelaskan juga untuk kasus ijazah palsu, yang sebenarnya merupakan permasalahan klasik yang sudah ada  sejak sistem pendidikan menjadi sebuah juru selamat untuk hidup di dunia. Alasan kasus ini mulai diangkat ke ranah publik, ya, mungkin, stok persediaan kasus di gudang sudah hampir habis. Atau bisa jadi juga ada yang sakit hati karena terlalu lama kuliah, seperti saya, tapi jabatannya kalah dengan orang yang menyeduh ijazah secara instan. Wallahualam, tapi kalau saya sih pasti berbuat demikian, karena tarif bayar uang sekolah dan kuliah yang sudah saya keluarkan lebih mahal daripada tarif jasa pembuatan ijazah palsu bin bodong. Rugi dong kalau didiamkan begitu saja.

Apa lagi, ya? Oh, jangan dijelaskan juga kalau selain Brownies dan Cookies, ternyata Bika Ambon pun tidak luput dari kreativitas para pengedar narkoba dalam melebarkan bisnisnya di sektor kuliner. Saya jadi semakin kasihan dengan anak-anak jalanan yang dengan bebas mengonsumsi lem kalengan dan bensin kemasan plastik, walaupun kini dengan berani mereka beraksi terang-terangan, tetapi aksi mereka tidak pernah nampak dalam tayangan minum obat di teve. Mungkin, aksi mereka kurang menjual, alias kurang layak untuk dijual, mau diobral di jalanan pun tetap tidak akan laku.

Adakah kasus lainnya? Kasus prostitusi? Ya, kasus ini memang mengasyikan, tetapi tidak usah dibahas lah, selama uang rakyat dan uang konglomerat masih bisa dipergunakan untuk memenuhi hasrat bejat. Kasus nenek dan kayu? Si nenek memang salah, salah karena dia miskin. Kalau kaya mah  pasti lain cerita, ya. Lain cerita itu artinya bisa pilih mau cerita apa yang dipublikasikan. Kasus sepakbola? Ah, siapa juga yang rela kehilangan ladang rupiah,  jika Anda jadi mereka juga pasti akan berpikiran sama kok. Lapor sana sini juga percuma, di sini bermasalah, di sana pun bermasalah. Permasalahan dalam dunia sepak bola memang seperti sepak bola itu sendiri, kalau tim A sudah memasukan gol, tentu tim B akan berusaha membalasnya. Wasit? Ya, ia memang pihak pengadil, tetapi manusia tidak akan pernah bisa berlaku adil.

Ya, inilah Bumi Pertiwi yang kekinian dengan berbagai permasalah-permasalahan urban yang tak ubahnya uban yang tumbuh di kepala. Uban bisa menjadi sebuah tanda seorang manusia sudah mulai tua, ataupun terjadi masalah pada kulit kepalanya. Begitu pula dengan permasalahan urban yang sering terjadi, entah karena “sistem hidup” yang sudah usang dan memiliki banyak kekurangan, ataukah ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menenggelamkan sistem hidup tersebut.

Baiklah, akan saya sudahkan saja kegilaan saya yang tertumpahkan dalam tulisan ini. Semoga tidak ada yang membaca tulisan ini, karena orang yang membaca tulisan ini pasti akan bertanya-tanya. Entah dengan nada yang menandakan ingin tahu lebih banyak atau dengna nada yang ketus dan merendahkan tulisan saya yang sudah saya rendahkan ini. wkwkwkwk

Sebelum benar-benar diakhiri, saya akan curhat sebentar. Boleh percaya atau tidak, saya menjadi gila karena membaca buku loh, suer. Ada yang tahu Seno Gumira Ajidarma? Ada yang sudah baca buku Tiada Ojek di Paris? Padahal baru beberapa lembar saja saya baca, tetapi tulisan-tulisannya yang bernas dalam mengkritisi berbagai permasalahan urban membuat otak saya pun orgasme. Tidak percaya? Alhamdulillah, bagus dong, karena kepercayaan manusia tidak boleh diumbar secara bebas, cukup hanya untuk Allah Swt. semata.

Tiada Ojek di Paris

Ingin tahu seperti apa isi bukunya? Nanti, kalau ingat, saya akan buat dan posting re-view tentang buku tersebut. ^_^

Salam hangat dan salam jumpa kembali.
Penjaja Kata

No Comments

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.