Kakanda dan Adinda #Part10 - Blogger Bandung | Penjaja Kata
Blogger Bandung yang menyediakan berbagai kebutuhan kata
Blogger Bandung | Copywriter
1176
post-template-default,single,single-post,postid-1176,single-format-standard,bridge-core-1.0.4,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-theme-ver-18.0.9,qode-theme-bridge,disabled_footer_bottom,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-5.7,vc_responsive
 

Kakanda dan Adinda #Part10

Kakanda dan Adinda #Part10

Dalam keheningan malam, tanpa lelah Kakanda masih saja melatih kemampuannya dalam menafsirkan kata, melalui jemari yang melenggang diatas kertas putih yang masih terlihat dara.

Adinda : Apa yang kini engkau tulis, Kakanda?

Kedua tangan Adinda melingkari tubuh Kakanda, yang sedang terduduk diatas kursi tak berpenyangga, kepalanya bersandar di bahu Kakanda.

Kakanda : Entahlah, aku hanya menulis kata-kata yang tersiar dari otak dan tersyair dari hati.

Kakanda melemparkan senyum manisnya kepada Adinda, dibubuhi dekapan hangat yang begitu romantis dan penuh kasih sayang, Adinda semakin menggelayut bahagia.

Adinda : Apakah aku mengganggumu, Kakanda?

Kakanda : Tiada gangguan yang hadir dari dirimu, sumber inspirasiku.

Kakanda tersenyum simpul, membuat pipi Adinda memerah merona darah. Tangan Kakanda semakin menggeloara menuliskan baris demi baras kata bagaikan air yang mengalir dari titik mata air. Entah berapa lama dan berapa banyak waktu dan kertas yang berkorban demi memadamkan kobaran api semangat menulis Kakanda, namun wajah jelita Adinda sudah terlelap begitu nyenyaknya diatas bantalan bahu kakanda. Sejenak Kakanda menggopong tubuh Adinda menuju kamarnya, membaringkannya dalam tidur yang indah, dan tak lupa mengecup syahdu kening Adinda.

Tangan Kakanda kembali mengais pena dan menodai kertas yang telah dinodainya beberapa saat yang lalu, melanjutkan pembenihan kata yang kelak akan melahirkan sebuah karya.

Kakanda : Menulis, membuat akal dan asal berpadu-padan mencipta sebuah kasakade antara hidup dan mati. 

Rongga hatinya tak henti bersuara, menyuarakan apa yang ada dalam pikirnya dan dalam rasanya.

Sesaat kemudian ukiran kata yang ditatahnya berhenti, lalu Kakanda menelaah kembali tulisan-tulisan sebelumnya, yang telah ditorehkan. Kebahagiaan dan kesedihan melakukan fluktuasi disaat Kakanda membaca tulisannya, kadang terlihat tawa dan kadang terlihat duka dari raut wajahnya, penuh akan nuansa melankolis. Namun, di lembar dan paragraf akhir tulisannya tiba-tiba air mata tak sanggup terbendung oleh katup mata Kakanda, dia menangis! Entahlah apa penyebabnya.

Nouer Dyn

No Comments

Post A Comment
We work closely with you and carry out research to understand your needs and wishes.